I am Your Left Hand (1)

Ini enaknya kerja di SOHO, small office/home office.

Tinggal dikumpulkan item tugas luar rumah, sekali keluar tujuan banyak. Kalau bisa tepat waktu, alhamdulillah selesai semua, pulang bisa gegoleran bari online. Hihihi.

 

Kayak gini masih harus ngurusin kafe SolidarnosCafe Rumah Dunia  yang tidak satu lokasi, tapi masih dekat. Kalau ada hubby bisa merangkap jadi sekretaris, asisten dan ajudan pribadi, plus masih bisa hangout berdua seputar kota. Sepanjang jalan bisa diskusi bisnis #GongTraveling dan lain-lain.

 

Saya ibu rumah tangga, tapi saya juga bekerja. Hanya tidak di luar rumah, karena sadar diri. Saya tahu banget siapa saya, workaholic yang tidak akan bisa loyal pada siapa pun selain keluarga. Itulah kenapa memilih ngantor di rumah. Padahal dari dulu hubby mengizinkan jika saya bekerja di institusi lain, tapi saya tolak.

 

Sejak menikah saya memilih menjadi tandemnya, mendukung pekerjaannya. Selain itu tentunya punya ide sendiri untuk bekerja atas nama saya. Tapi saat hubby membutuhkan bantuan, saya harus siap sedia mendukung. Melibatkan diri menyiapkan bahan tulisan, menjadi pembaca pertama, mengoreksi typo (karena lima jarinya menulis sangat cepat dan sesekali meleset), memberi komentar dan kritikan. Tapi wilayah ide dan kreativitas tetap menjadi haknya. Artinya secara keseluruhan karya adalah miliknya. Kecuali ada puisi saya yang diambil, pasti ada nama saya tertera 🙂

 

Jangan mengira lancar-lancar saja, karena saya akan diprotes anak-anak kalau kurang memberi perhatian. Itulah batasnya. Emak di mana pun adalah emak yang harus repot dengan segala urusan yang remeh tapi penting. Saat anak ingin bercerita  harus didengar, dan ceritanya “cuma gitu-gitu aja”. Tapi itu momen penting antara anak dan orangtua. Buat kita mungkin ceritanya cemen, bagi anak itu sangat istimewa. Jadi harus sedia waktu untuk mendengarkan.

 

Padahal bisa jadi di saat sama saya sedang deal dengan klien. Jadilah  offline dulu sebentar. Makanya jangan marah ya kalau saat komunikasi dengan saya lalu slowly response atau late reply ^_^

 

Kalau bicara rezeki, itu sebanding dengan pekerjaan. Besarannya relatif, kalau sudah maksimal kerja tapi hasil masih kecil, tetap berbaik sangka sama Allah. Mungkin rezekinya masih disimpan untuk suatu saat dibutuhkan sangat. Yang jelas tidak pernah berhenti menyusun strategi, bekerja keras dengan keyakinan penuh akan berhasil dan selalu berharap pada-Nya.

 

Pelajaran bagus dari hubby yang selalu saya ingat adalah berbagi dengan orang lain, dengan apa yang kita punya. Saat harta banyak atau sedikit, tetap berbagilah, jangan takut jadi miskin. Punya ilmu dan pengalaman, berbagilah dengan yang membutuhkan, jangan takut menjadi bodoh karena tidak mungkin kejadian begitu. Begitu pun perhatian, berbagilah dengan sesama, asal tidak kebablasan. Nanti yang diberi jadi ge er. Demikian pula dengan cinta, harus dijaga supaya tidak terbagi. Sebab saya tidak sekuat Aisyah, sebagaimana hubby belum menyerupai Muhammad. 😉

 

Demikianlah saya mencintai hidup, sebab hidup begitu indah hanya untuk menjadi diam saja.

 

#IamYourLeftHand

#SebabHidupBegituIndah

2 thoughts on “I am Your Left Hand (1)

Tinggalkan Balasan ke Widi Utami Batalkan balasan