Sebab Hidup Begitu Indah (5)

DIGITAL CAMERASuatu malam aku sedang menjahit rok Kaka, si bungsu. Dengan mesin jahit tangan seharga sepuluh ribu rupiah, aku berusaha mengganti elastiknya.

Tentu saja hasilnya tak sebagus jahitan mesin. Lagipula mesin jahit dengan tenaga telapak tangan itu bikin pegal:D Jahitan pun harus diulang dari sisi sebaliknya, supaya kuat.

Tapi aku suka mengerjakan keterampilan tangan seperti itu. Semasa gadis, aku sering menjahit baju-baju sederhana rancangan sendiri. Aku pun belajar membuat pola otodidak dari buku-buku. Untuk memecah pola, ibuku mengajari secara khusus. Kegiatan ini terhenti ketika aku mulai kuliah dan butuh banyak waktu belajar.

Ibuku pintar menjahit, hampir semua baju anak-anaknya adalah hasil karyanya. Ah, nanti aku ingin menulis secara khusus tentang ibu dan jahitannya:)

Baca lebih lanjut

Sebab Hidup Begitu Indah (4)

IMG01339-20130515-0704Ini kisah nyata. Bukan lebay. Apa adanya. Pernah kutulis di twitter, tapi ini kisah lengkapnya.

Malam itu ceritanya dapat undangan resepsi pernikahan seorang teman baik. Diadakan di salah satu hotel, malam hari. Dan aku bimbang antara pakai sepatu fantovel atau high heels.

Fantovelku sudah kusam dan beberapa bagian lemnya terkelupas. Aku takut jika kupakai malah nanti solnya lepas dari badannya:D

Sementara untuk hak tinggi, sebenarnya aku sering sakit di kaki dan punggung jika memakainya. Tapi ini sewarna dengan batik biruku. Ada sih selop lain yang lebih nyaman, tapi warna pink, sungguh tidak serasi mengingatnya:(

Maka, atas nama keserasian warna, aku pakai high heels biru itu. Bukan termasuk kelas stiletto yang runcing itu. Wih, kalau yang terakhir ini aku gak berani pakai, takut “kejlungup” 😀 Apa yah, bahasa Indonesianya?

Baca lebih lanjut

Sebab Hidup Begitu Indah (3)

Diskusi Serius  Selepas subuh itu, aku dan hubby membicarakan banyak hal. Bermacam topik meloncat begitu saja dari   pikiran masing-masing. Soal pekerjaan, karya, anak-anak, keluarga besar, keuangan, rencana-rencana, keinginan-keinginan, dan tubuh yang menua.

Sejak 2008 aku harus menghadapi kondisinya yang sering mengeluh sakit. Sempat menjalani perawatan beberapa minggu di RS Holistic di Purwakarta, Jawa Barat. Lalu menempuh pengobatan alternatif Qi Gong dan konsumsi ramuan herbal.

Dulu sempat disesalinya, karena seolah aku hanya menerima sisa kekuatannya. Sebab ia tak lagi sanggup menemaniku yang ingin sekali ke Baduy. Sejak lama aku ingin berkunjung, tapi suamiku bilang sudah bosan jalan ke sana. Ia tak menyadari aku  belum pernah.

Baca lebih lanjut

Sebab Hidup Begitu Indah (2)

odieTadi pagi ngobrol sama Odie (10 yo) soal fasilitas kami yang bagi dia terbatas. Tentang main game, fesbukan, jajan, yang semua dibatasi.

Aku coba jelaskan alasannya. Bukan berarti kami membatasi gerak kreatifnya. Bukan karena kami iri tak bisa melakukan hal sama. Bukan karena kami tidak suka kegiatannya. Semata, jika berlebihan akan berbahaya.

“Odie bisa kok main game terus-terusan tanpa dilarang. Mau main sepuasnya juga boleh. Tapi nanti…” Kataku.

Odie menatapku heran, ” Kapan?”

Aku tersenyum, “Nanti, kalau sudah di surga.”

Odie tersenyum.

Beratkah cerita surga buat anak seusia dia? Bagiku tidak. Kami sering membicarakan kehidupan setelah mati. Tanpa ada dogma-dogma berat atau mengerikan. Kupikir, surga dan neraka bukanlah sesuatu yang tabu dibicarakan dengan anak sejak kecil. Justru dengannya dijanjikan banyak bahagia.

 

@tiastatanka