KREATIF SAAT WRITER’S BLOCK

Pada awalnya saya hanya suka menulis. Tetapi karena hanya itulah, saya sangat menikmati kegiatan itu. Menulis buat saya kemudian meningkat menjadi sebuah kebutuhan, agar pikiran saya tetap jalan dan wawasan berkembang. Satu lagi, menulis membuat saya lebih cermat.

Dengan kesibukan yang menggunung, saya menyisihkan waktu untuk menulis. Tentang apa saja. Di mana saja. Dan karena kesibukan itulah saya harus fleksibel dalam menulis. Genre, tema, media apa pun. Bahkan ketika listrik mati. Selama masih tersedia sinar matahari atau batere handphone, proses kepenulisan saya baik-baik saja. Minimal saya masih bisa menuliskan poin-poin penting kelanjutan naskah.

Kondisi Berbahaya

Kondisi yang tidak baik adalah jika waktu yang disediakan editor tinggal sedikit. Lalu bahan baku cerita kurang. Itu bisa jadi neraka yang muncul tiba-tiba di ubun-ubun. Penyebabnya banyak, dan saya lebih suka mengkambinghitamkan kesibukan mendadak yang datangnya jelang deadline! Ini bahaya, dan kalau sudah begini, saya bisa serius tingkat dewa di depan monitorJ (Hiperbol dikitlaah..hihihi)

Dua hal di atas (tenggat dan bahan baku) sama sekali tidak ada hubungannya dengan mood. Saya sudah lama tidak menjadi kormod; korban moody. Dulu iya. Bahkan bisa bengong tidak menulis berhari-hari kalau pre menstruation syndrom; PMS. Itu fitrah perempuan saat hormon menyesuaikan siklus. (Kenapa jadi ke hormon segala?!)

Writer’s Block

Kondisi yang tidak baik lainnya adalah mentok. Writer’s block. Diblok entah oleh apa. Atau malah memblokkan diri tanpa sadar. Ya, saya sering mengalaminya, saat pikiran saya susah diajak meneruskan tulisan. Saya akan menyerah dan berhenti. Semuanya tanpa sadar.

Tapi berhenti menulis buat saya bukan berarti berhenti memikirkan kelanjutan naskah. Saya mencari kompensasi. Clubbing istilah saya.

Welcome to The Club!

Klab yang saya masuki beragam. Dari yang buka pagi, sampai yang malam. Dari panas sampai dingin, yang membuat lupa makan minum, sampai kekenyangan. Ssstt.. kadang saya lupa suami! Oh, tidak, jangan pakai tanda seru karena berbisik.

Klab pagi saya biasanya di jalanan. Saat writer’s block, saya butuh jalan. Udara panas tak masalah. Yang penting saya melihat banyak orang dan ekspresinya. Juga lihat-lihat barang sale. Seringkali ide-ide muncul bersamaan. Kalau perlu saya nongkrong di kafe, pesan minuman dingin. Hazelnut Float gocengan. Ketahuan dong, di mana lokasi saya:D Saya suka lupa suami kalau lagi nongkrong. Untunglah suami saya masih ingat saya.

Klab siang saya bersama anak-anak. Bersama mereka sering muncul ide-ide yang tidak biasa. Padahal, saya hanya menyanyi, nonton televisi atau bikin prakarya dengan mereka. Untuk prakarya biasanya anak-anak protes karena hasil karya saya paling bagus. Hahaha… Tapi memang diniatkan dari hati ketika membuatnya. Saat berkreasi itulah otak saya terpancing untuk memikirkan kelanjutan naskah. Sambil menggambar, mewarna, menggunting dan menempel, saya malah mikirin kerjaan. Ini yang suka bikin saya telat makan saking asyiknya:D

Klab malam saya adalah nonton televisi. Di malam hari sayalah penguasa remote control. Hahaha… Tidak hanya sekedar menonton, karena setting otak saya adalah belajar dari sekitar. Kadang-kadang sebuah tayangan membuat saya berpikir dalem-dalem, berbuntut merenung dan mencerahkan. Atau ada tayangan yang membuat saya mengomel kualitasnya buruk. Itu bisa berakibat saya tidur larut karena sibuk coret-coret ide-ide yang riuh dari otak.

Dan jika writer’s block itu masih ada bahkan kadar-nya ”to the max”, saya clubbing sama Dia yang namanya sering disebut. Inisialnya, YME. Otak dan hati saya enteng setelahnyaJ

Writing Forever

Saya masih suka salah berbahasa. Tapi itu tidak menghentikan saya untuk terus menulis dan memperbaiki kualitas tulisan. Saya telah menemukan bahwa bukan hanya tapi harus menulis. Sebab saya hidup dan harus membuat sejarah sendiri, dengan menuliskannya. Tabik!

Catatan: tulisan ini dipublikasikan di FB Grup Cendol.

1 thoughts on “KREATIF SAAT WRITER’S BLOCK

Tinggalkan komentar